prakata

Di antara wasiat - wasiat (pesan-pesan) Rasulullah Saw adalah : "Jangan takut berada di jalan Allah terhadap celaan orang yang suka mencela. " Aku berkata, "Tambah lagi ya Rasulullah." Beliau melanjutkan pesannya : "Katakanlah apa yang hak meskipun akibatnya terasa pahit." ( HR. Ibnu Hibban)

Kamis, 08 November 2012

jangan kau makan daging saudaramu yang telah meninggal

Bismillahirrahmanirrahim

Jujur saya heran dengan orang orang yang suka menonton atau membaca infotaiment. Mata mereka begitu antusias memandangi layar kaca, seakan akan otak mereka kelaparan ingin melahap semua berita yang disajikan. Bahkan ada yang rela membeli tabloid gossip secara rutin untuk mengisi otak mereka agar tetap "kenyang". Seakan akan ada kepuasan dan kebanggaan jika mereka bisa mengetahui aib seseorang (yang belum tentu saling kenal).

Ibarat perut yang kekenyangan, saking kenyangnya para penikmat gossip pun ingin memuntahkan semua informasi yang didapat ke orang lain. Saat bertemu teman, arisan, di pasar, saat jemput anak sekolah, bahkan saat berada di majelis ta'lim. seakan akan mereka jadi orang nomer satu yang mengetahui permasalahannya dan wajib menceritakan ulang sesuai versi masing masing ke orang lain ditambah bumbu penyedap dan opini masing masing yang cenderung sepihak.

Itu baru infotaiment yang mereka lahap, kehidupan lingkungan sekitar pun tak lepas dari agenda para penggosip. Dengan berprinsip " susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah" gosip menjadi hal yang mutlak bagi mereka. Seakan akan mereka adalah orang yang sempurna dan tanpa cela, yang berhak menceritakan aib orang lain. Apalagi jika yang digosipkan adalah orang yang mereka benci, berdasarkan iri hati dan dengki. kalah cantik misalnya, atau kalah sukses, atau bisa jadi kalah bahagia. Tanpa bertanya langsung, mereka akan berlomba lomba mencari informasi tentang aib orang tersebut, diolah dengan pemahaman mereka sendiri, dibumbui dan disebarkan, Subhanallah..

Menggosip, menggunjing atau ghibah, memang mengasikkan. Saking asiknya, para penghibah tidak menyadari bahwa mereka semakin jauh dari surga, simpanan pahala mereka semakin berkurang dan dosa mereka pun menumpuk.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian, apa itu ghibah." Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Yaitu, engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada yang bertanya: Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan, maka engkau telah mengumpatnya dan jika tidak ada, maka engkau telah membuat kebohongan atasnya." ( HR. Muslim)

Ghibah walaupun isi yang diucapkan benar,oleh Rasulullah pun dilarang untuk menceritakannya, apalagi jika yang dighibahkan adalah masalah yang diada adakan? Bisa bisa menjurus ke fitnah, padahal yang kita tahu, fitnah itu diibaratkan lebih kejam dari membunuh!

Ghibah diibaratkan seperti orang yang memakan daging saudaranya yang telah meninggal, seperti yang Allah SWT firmankan di dalam Al-Quran :

"...dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat 49 : 12)

Nabi juga menjelaskan akibat dari orang orang yang suka menghibah :

“Suatu kali kami bersama Nabi SAW, tiba-tiba kami mencium bau busuk yang menyengat, lalu Rasulullah SAW bertanya, “Ini adalah bau busuk orang yang menggunjing orang-orang mukmin.” (HR Ahmad, Ibnu Abid Dunya)

Saudaraku, tahanlah lisanmu, sayangilah dirimu sendiri agar terhindar dari siksa neraka akibat senang berghibah. Lebih baik bertanya, agar kebenaran dapat terlihat, daripada berghibah berdasarkan menduga dan berburuk sangka. Janganlah kita merugi di akhirat kelak ketika amal kebaikan kita berkurang dan habis untuk menebus dosa ghibah yang kita lakukan, dan ketika habis, maka dosa dosa orang yang kita ghibah akan berpindah ke diri kita, nauzubillahiminzalik.

Lebih baik berprinsip " senang melihat orang lain senang dan susah melihat orang lain susah", karena di dlam hati, kita akan mengakui bahwa kita tidaklah sempurna, aib kita belum terlihat dan belum diperlihatkan oleh Allah SWT kepada orang lain, jadi buat apa berghibah?


Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika saya dimi'rajkan, saya berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga yang dengan kuku-kuku tadi mereka menggaruk-garukkan muka serta dada-dada mereka sendiri. Saya bertanya: "Siapakah mereka itu, hai Jibril?" Jibril menjawab: "Itulah orang-orang yang makan daging sesama manusia -yakni mengumpat- dan menjatuhkan kehormatan mereka." (Riwayat Abu Dawud)

1 komentar: