prakata

Di antara wasiat - wasiat (pesan-pesan) Rasulullah Saw adalah : "Jangan takut berada di jalan Allah terhadap celaan orang yang suka mencela. " Aku berkata, "Tambah lagi ya Rasulullah." Beliau melanjutkan pesannya : "Katakanlah apa yang hak meskipun akibatnya terasa pahit." ( HR. Ibnu Hibban)

Selasa, 06 Maret 2012

pendengar yang baik

Bismillahirrahmanirrahim

Pernahkan kita punya masalah? pasti. Pernahkahkah kita mengungkapkan masalah kita kepada orang yang kita anggap dekat dan kita percaya sepenuhnya kepadanya? Jawabannya pasti pernah. Permasalahannya banyak orang yang kita anggap mampu mendengarkan curahan hati kita, ternyata tidak bisa menjadi pendengar yang baik. Telinganya mendengar, matanya pun memandang kita, mulutnya mengatup tanpa suara, tapi pikiran dan hatinya entah kemana... saya pernah mengalaminya, dan rasanya benar benar tidak enak di hati. Bayangkan, kita sudah cerita habis habisan, ternyata jawabannya hanya "ohw" atau " aku juga pernah mengalaminya lho, jadi gini.. bla bla bla", atau yang lebih parah, jawabannya hanya seperlunya saja, abis itu dia sibuk bercerita hal lain yang ada dipikirannya,duh... 


Padahal menjadi pendengar yang baik itu jauh lebih dasyat daripada cuma menjadi orang yang didengarkan. karena kita akan dilatih untuk fokus, bisa ikut merasakan apa yang sedang mereka alami, ikut mengalir dengan alur proses ceritanya, tahap demi tahap.. seakan sedang menonton film yang mengasikkan. Empati.. mungkin itu kata yang pas sebagai syarat menjadi pendengar yang baik. Hilangkan pikiran untuk menceritakan kisahmu yang mirip dengan ceritanya, hilangkan pikiranmu untuk membanding bandingkan ceritanya dengan cerita yang pernah kau dengar, fokus! Fokuskan pada ceritanya, dengarkan dengan hati, dan dan berikan jawaban terbaikmu! Mudah kan (kelihatannya.. :P)

“Proses dari teman menjadi sahabat atau orang yang dipercaya membutuhkan usaha untuk saling memahami pola pikir satu sama lain, saat kita membutuhkan pertolongan, dia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya tanpa diminta”

6 komentar:

  1. heheheh....lah aku ini teman-sahabat yang baik ndak pak wibi...jangan-jangan nyindir aku nih..hehehe. BTW, emang susah di zaman sekarang ini berempati buat orang lain., Yang terjadi banyak orang suka ngomong tapi nggak mau mendengarkan

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah bu rini termasuk teman teman yang baik hehe..
    padahal berempati itu tidak harus mengeluarkan uang ya bu, tapi kok susah ya..

    BalasHapus
  3. Wah syukur nek teman yang baik...Empati itu memang susah. Soalnya ini soal rasa dan niat, jadi ukurannya bukan lagi materi, Memang tidak mengeluarkan uang (bagi yang punya uang ini mudah), tapi justru memunculkan rasa dan niat itu memang lebih susah. Karena? itu bersumber dari nurani. Sekarang ini yang terjadi bukan lagi nurani yang di dengar pak. Semakin sibuk waktu, tenaga dan pikir, nurani justru kerap diabaikan. Banyak yang kini yang lebih mendasarkan diri pada pikir (logika-untung-rugi), fisik (yang nyata terlihat oleh mata, materi, penampilan dll), emosi (takut, khawatir, tak peduli) dan hati (cinta, sayang, benci,), Nah Nurani ini jarang di abaikan. Padahal dalam hidup manusia, nurani ini menempati tempat tertinggi. Dia lebih berinteraksi dengan yang memberikan napas, yang memberikan roh. Dia tempat yang teramat suci dan tertinggi. Tempat bermuaranya proses hidup. Yang terjadi ketika ada tempat susah, bukan nurani yang dikedepankan, tapi faktor2 itu tadi, makanya yang muncul bukan empati. Tapi jawaban basa-basi karena nurani "mereka" belum berbicara...heheheh abstrak ya pak....

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggih bu, setuju banget :)
      poinnya mungkin akan mengalir semua empati jika ada keuntungan yang didapat nggih bu, saya mau bantu tapi saya dapat apa dari situ, kalau dilogika ga untung mending merem ae pura2 ga denger.. lama2 bisa kebal bu, merem beneran budeg beneran hehe

      Hapus
  4. pak wibi..mbok tulisan2 ne jenengan itu kan dah layak disebarluaskan...mbok di tautkan ke Fb smansa atau ke google plus. Kan lumayan buat pencerahan yang lain...buat seperti saya juga menjadi wahana instrospeksi kok tulisan2 seperti ini

    BalasHapus
  5. whaaa isin bu ada master editor di smansa hehe

    BalasHapus